Sabtu, 20 Desember 2008

Persekongkolan Menjatuhkan Pendiri Ahmadiyah

. Sabtu, 20 Desember 2008

DIALOG YANG MENEGANGKAN

Kamis malam, 7 Agustus 2008 TV ONE telah menayangkan dialog antara Mahendradatta dari Tim Pembela Muslim/Islam (TPM/I) dengan Asfinawati dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Dalam dialog tersebut Mahendradatta mengemukakan sebagian wahyu Allah ta’ala yang pernah diturunkan kepada Pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah, lalu diterjemahkan dan dikomentari dengan komentar yang tidak benar dan dapat menimbulkan kesan buruk dan kebencian kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS, sebagai Pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah. Wahyu tersebut berbunyi:

كَذَبَ عَلَيْكُمُ الْخَبِيْثُ – كَذَبَ عَلَيْكُمُ الْخِنْزِيْرُ
Wahyu tersebut dia maknai dengan: setiap orang yang menolak pendawakan Ghulam Ahmad adalah pelacur dan babi. Sehingga dapat menimbulkan kesan bagi orang bukan Ahmadi ( ghair Ahmadi ) bahwa selain orang Ahmadiyah adalah pelacur dan babi. Kesan ini dapat menimbulkan kemarahan, permusuhan dan kebencian kepada Pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah dan para pengikutnya, padahal sepanjang hidup beliau senantiasa untuk membela dan menyiarkan Islam dengan akhlaq ramah, lemah-lembut dan santun, meskipun para musuhnya bersikap kasar, jahat dan tanpa malu-malu memfitnah dengan cara yang sangat keterlaluan.





KLARIFIKASI KESALAH-FAHAMAN

Guna membangun rasa persatuan dan persaudaraan sesama bangsa Indonesia dan meredam kemarahan, permusuhan serta mengobati kebencian kepada sesama muslim, perlu penulis sampaikan klarifikasi agar pembaca dapat mengerti makna dan maksud wahyu tersebut serta fakta sejarah yang dapat diambil sebagai pelajaran bagi kemanusiaan, yang sebenarnya manusia semuanya sama-sama diciptakan oleh Tuhan yang sama dengan kasih sayang-Nya.

Bunyi selengkapnya wahyu Allah ta’ala yang diturunkan kepada Pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah itu sebagai berikut:

كَذَبَ عَلَيْكُمُ الْخَبِيْثُ – كَذَبَ عَلَيْكُمُ الْخِنْزِيْرُ عِنَايَتُ اللهِ حَافِظُكَ – إِنِّي مَعَكَ أَسْمَعُ وَأَرَى- أَلَيْسَ اللهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ- فَبَرَّأَهُ اللهُ مِمَّا قَالُوْا وَكَانَ عِنْدَ اللهِ وَجِيْهًا
Artinya: Orang kotor itu telah mendustakan engkau-babi itu telah mendustakan engkau, pertolongan Allah telah melindungi engkau;sesungguhnya Aku Allah bersama engkau, Aku mendengar dan melihat; bukankah Allah itu Yang mencukupi hamba-Nya (Ghulam Ahmad AS pen.); maka, Allah pasti membebaskannya dari apa yang telah mereka tuduhkan dan ia (Ghulam Ahmad AS) adalah orang yang dimuliakan disisi-Nya (Tadzkirah, halaman 62).

Dalam buku Tadzkirah tersebut terdapat catatan dalam bahasa Urdu yang maknanya sebagai berikut: “Orang kotor itu berkata dusta terhadap engkau (Ghulam Ahmad AS pen.) dan babi juga mendustakan engkau . Pertolongan Allah melindungi engkau; sesungguhnya Aku bersama engkau, Aku mendengar dan melihat; apakah Allah tidak cukup bagi hamba-Nya. Allah menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan itu tidak baik. Jadi, Allah ta’ala menyatakan bahwa aku tidak bersalah atas tuduhan-tuduhan mereka; dalam pandangan Allah ta’ala beliau itu bersih. Wahyu tersebut berkaitan dengan tuduhan Dr. Clark 1897. Tuntutan itu ditujukan kepada Masih Mau’ud AS (Pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah pen.) berupa tuduhan persekongkolan pembunuhan Martin Clark. Ini adalah tanda dari Allah yang sangat besar meskipun orang-orang bersepakat untuk menjatuhkan Masih Mau’ud AS. Maulwi Muhammad Husain (Islam), Lala Ram (Hindu) dan Dr. Henri Martin Clark beserta seluruh jemaatnya (Kristen) bergabung seperti perang Ahzab untuk menghancurkannya. Allah menyatakan kepadaku bahwa aku terbebas dari kekalahan yang dituduhkan kepadaku itu (Tadzkirah hal. 62-63, terjemahan Mln. Amar Ma’ruf).

Dengan membaca terjemahan wahyu dan sedikit keterangannya tersebut, insya Allah pembaca dapat mengerti bahwa julukan orang kotor (yang Mahendradatta terjemahkan dengan pelacur) dan babi bagi orang yang telah mendustakan kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS adalah hanya ditujukan kepada Dr.Henry Martin Clark yang tega menuduh beliau dengan keji telah memerintahkan Abdul Hamid agar membunuh Dr.Henry Martin Clark, seorang missionaries Kristen, bukan ditujukan kepada setiap orang yang mendustakan beliau.

UNGKAPAN FAKTUAL NOVELIS KRISTIANI

Agar pembaca mengetahui lebih rinci, penulis paparkan karya Iain Adamson, seorang novelis non-Ahmadi, non-Muslim, bahkan seorang Kristiani yang tulus dan factual sebagai berikut:

Abdullah Athim meninggal 27 Juli, 1896. Ini tiga tahun setelah ramalan menakutkan yang Pendiri Ahmadiyah umumkan pada saat-saat kesimpulan perdebatan mereka. Beliau mengumumkan bahwa Tuhan memberi dia khabar ghaib bahwa dalam waktu 15 bulan, Athim akan dilemparkan ke Neraka, kecuali jika ia mengubah sikapnya terhadap Islam. Tuhan akan memastikan demikian karena Athim menyadari bahwa dirinya jelas-jelas mengikuti kepalsuan.

Ketika 15 bulan berlalu dan Athim masih hidup, musuh-musuh Pendiri Ahmadiyah pada menertawakan dan mengatakan bahwa kabar gaib yang beliau umumkan itu satu ramalan palsu. Karena itu beliau meminta Athim mau bersumpah bahwa ia tidak mengubah sikapnya terhadap Islam. Beliau kemukakan bahwa sewaktu dalam perdebatan Athim selalu minta maaf dan selalu mengulang-ulangi kalimat, “Saya menyesal, saya menyesal. Saya tidak bermaksud merendahkan”.

Tetapi Athim menolak untuk bersumpah, ia menjauh dari publik dan tak mengucap satu patah kata pun terhadap Nabi Muhammad (saw. pen.). Diduga keras ia hidup dalam ketakutan yang amat sangat akan sisa hidupnya, hampir terus-menerus mabuk dengan minuman keras dan selalu dipindah tugaskan oleh missionary dari satu kota kekota lain.

Dr. Henry Martin Clark, seorang dokter missionary medik Kristen yang semula mengusulkan diadakannya perdebatan yakin bahwa hal ini akan menjadi penyebab berbondong-bondongnya kaum Muslimin masuk agama Kristen, menjadi semacam sihir yang manjur nantinya.

Kaum Hindu Arya Samaj sektenya Lekh Ram pada marah, demikian juga lawan-lawan Pendiri Ahmadiyah dari antara kaum Muslimin sendiri. Karena itulah kemudian mereka merancang satu persekongkolan (konspirasi) untuk menjatuhkan Pendiri Ahmadiyah sedemikian rupa sehingga ia akan terbungkam untuk selama-lamanya. Dapat diduga Dr. Henry Martin Clark adalah arsitek rancangan konspirasi ini. Memang dialah tokoh utamanya.
Masyarakat Ahmadi melihat kesamaan yang persis antara penghakiman terhadap Yesus Kristus di depan Pontius Pilatus, yang diributkan oleh persekongkolan yang begitu jelas antara ahli-ahli kitab dan kaum Pharisee dengan peradilan terhadap Pendiri Ahmadiyah di depan hakim Captain William Douglas, yang sama-sama menyadari adanya konspirasi di antara semua musuh-musuh dalam keagamaan Pendiri Ahmadiyah, baik yang Kristen, Hindu maupun Muslim.
Pada 1 Agustus 1897, Dr. Henry Martin Clark memasukkan dakwaan di Pengadilan Distrik Amritsar yang isinya menuntut Pendiri Ahmadiyah dengan tuduhan bahwa beliau telah melakukan percobaan pembunuhan atas dirinya. Ia mengajukan seorang pemuda bernama Abdul Hamid yang mengucapkan sumpah bahwa ia telah disuruh oleh Pendiri Ahmadiyah pergi ke Amritsar untuk membunuh Dr. Henry Martin Clark. Segera sesudah itu Pengadilan menerbitkan surat perintah penahanan atas diri Pendiri Ahmadiyah.

Berita tentang surat perintah penahanan itu tersebar kemana-mana dengan amat cepat. Musuh-musuhnya pada bergembira dan setiap hari orang-orang berkumpul di stasiun Amritsar mengharap dapat melihat Ahmad dituntun keluar dari gerbong dengan tangan diborgol. Namun, mereka terpaksa kecewa. Surat perintah itu dialihkan ke pengadilan di Gusdarpur. Sidang-sidang sudah mulai dilangsungkan disana hanya tujuh hari kemudian, yaitu tanggal 8 Agustus. Bahwa segala sesuatu dilaksanakan begitu cepat adalah karena atas usaha Dr. Henry Martin Clark.

Ia mengunjungi Captain Douglas, Hakim Distrik Gusdarpur yang masih muda, segera setelah ia mengetahui surat perintah penahanan Pendiri Ahmadiyah telah dipindahkan ke Gusdarpur. Ia meminta Captain Douglas untuk segera memulai menyidangkan beliau tanpa ditunda-tunda.
Selang puluhan tahun kemudian, Captain Douglas, yang telah mencapai tingkat senior dan pensiun, menceritakan apa yang waktu itu terjadi. “Aku beritahu dia, “Ini serius sungguh-sungguh. Perkara ini harus menjadi urusan polisi untuk penyidikan. Baru kemudian ke persidangan-persidangan.” Ini peradilan yang jauh lebih tinggi.

Dr. Henry Martin Clark menjawab. ‘Aku sedang sakit dan aku segera harus pergi. Aku khawatir saksiku bisa diganggu. Aku inginkan kasus ini berproses segera.”

Douglas mengatakan hal itu tidak mungkin. “Aku tidak mungkin menuntut Ghulam Ahmad dengan suatu dakwaan sampai setelah ada investigasi tanpa ada bukti yang cukup.”

Setelah berpikir beberapa saat ia menambahkan, “Tetapi aku melihat tidak ada keberatan untuk minta perlindungan agar keamanan terjamin – kalau bukti yang telah tuan miliki mencukupi untuk menuntut.”

Setelah perbincangan lebih jauh Dr. Henry Martin Clark menyetujuinya. Surat panggilan dibuat untuk memerintahkan agar Ghulam Ahmad tampil di pengadilan Batala pada tanggal 10 Agustus. Dr. Henry Martin Clark adalah saksi utama, bahkan didukung oleh sejumlah lawan-lawan Ghulam Ahmad, termasuk Maulana Muhammad Hussain. Secara resmi orang-orang Hindu tidak ada wakilnya, tetapi aneh sekali, Pandit Ram Bhaj Dutt, seorang pengacara terkenal dari kota Lahore, dengan sukarela menyediakan diri selaku penasehat resmi. Ia membantu penuntutan dan dengan demikian boleh dikata bahwa sekte Arya Samaj terwakili dengan cara yang menyolok dan posisinya sangat menentukan.

Begitulah kasus itu ditangani oleh tiga musuh Ghulam Ahmad yang paling sengit – Dr. Clark mewakili pihak missionari Kristen, Muhammad Hussain, mewakili para ulama Muslim, dan Mr. Dutt dari pihak Arya Samaj Hindu.

Dr. Henry Martin Clark mengakui dalam persidangan ketika ditanya apakah ia menyediakan bayaran untuk Pandit Ram Bhaj Dutt. Ia menjawab, “Ya, semua orang, ikut serta menuntut seseorang yang menjadi musuh kita semua.”

Pernyataan ini, dan adanya fakta dimana Dr. Henry Martin Clark dapat menyatukan sekian banyak saksi dari berbagai bagian negeri begitu cepatnya, tidak cocok dengan pernyataan yang ia kemukakan di persidangan bahwa sampai dengan 31 Juli ia telah berpikir untuk mengajukan Pendiri Ahmadiyah sebagai tersangka yang mencoba membunuh dia.

Berkas penuntutan memerlukan waktu tiga hari untuk menyimpulkannya. Yang rupanya sebagai pembunuh, Abdul Hamid adalah seorang pemuda jangkung yang kurus. Bagi yang menyaksikannya ia terkesan tidak memilik kemantapan sebagai pembunuh, ia tampak pemalas, seorang pengemis yang siap memungut makanan, tempat bermalam dan pakaian dimana pun ia memperolehnya. – sejauh ini ia tidak perlu bekerja. Ia bukanlah pengikut Kristen yang fanatik, kata seorang missionari Amerika Dr. Grey. Untuk penyanggahannya sebagai seorang Kristen ia menganggapnya sebagai seorang Kristen gadungan. Di waktu lain ia menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim dan pada kali lain mengaku sebagai seorang Hindu.

Pertama kali Abdul Hamid sampai di Amritsar, ia segera menuju ke American Mission (Markas Missi Amerika). Missi Amerika menyediakan dia makan dan penginapan yang ia harapkan dan berlanjut di missi itu yang dikelola Dr. Henry Martin Clark beserta para pembantunya.

Sebelum itu ia berada di Qadian dimana ia tinggal selama 14 hari di guest house (rumah untuk tamu) Ahmadiyah.

Apakah ia telah dikirim kesana oleh Dr. Henry Martin Clark dan orang-orang missinya dengan maksud untuk menghancurkan Pendiri Ahmadiyah? Apakah Abdul Hamid menyimpang dari rencana yang telah disusun sebelumnya dengan pergi langsung ke missi Dr. Henry Martin Clark dengan maksud pura-pura untuk membunuh Dr. Henry Martin Clark – seperti pengakuannya disuruh oleh Ghulam Ahmad.

Ataukah ketika Abdul Hamid sampai di pos Dr. Henry Martin Clark, lalu bercerita dimana ia telah bertinggal selama 14 hari sebelumnya – dan Dr. Henry Martin Clark menangkap apa yang selama ini dia pikirkan sebagai kesempatan emas untuk menghancurkan Ghulam Ahmad?

Kala itu Captain Douglas masih muda. Barangkali itulah alasan mengapa Dr. Henry Martin Clark sangat menginginkan agar perkara itu ditangani oleh dia. Meski demikian keputusannya untuk menerima tawaran bantuan dari pengacara Hindu itu juga aneh. Sama anehnya keputusannya menyerahkan Abdul Hamid pada pengawasan Dr. Henry Martin Clark sedang proses pengadilan sedang berlangsung.

Abdul Hamid telah mengatakan bahwa hidupnya dalam bahaya. Dr. Henry Martin Clark telah menawarkan untuk menjaganya dan Captain Douglas, tanpa menaruh curiga, meski agak naïf, setuju. Captain Douglas adalah seorang pembaca Macbeth dan sandiwara-sandiwara Shakespeare yang tekun, dan barangkali telah memaklumi bahwa gagasan-gagasan yang gelap bersembunyi dibalik raut wajah yang tersenyum. Tetapi orang-orang Inggris di India saling percaya satu kepada yang lain tanpa syak-wasangka.

Menjelang hari ketiga peradilan, ia menyadari bahwa ada sesuatu yang terlalu jauh menyimpang dari bukti yang dikemukakan kehadapannya. Ketika menanti di platform setasiun KA, ia ungkapkan kekhawatirannya kepada juru tulis pengadilan. Juru tulis itu mungkin lebih menyadari desas-desus yang beredar disekelilingnya, menyarankan agar Abdul Hamid ditarik dari penjagaan Dr. Henry Martin Clark dan diperiksa sendiri secara terpisah.

Bertahun-tahun kemudian Captain Douglas menjelaskan perasaannya saat itu. “Saya pikir cerita dia sangat mustahil. Ada hal-hal yang tidak sesuai antara versi yang diungkap di Amritsar dibandingkan dengan apa yang terekam pada saya. Tidak juga saya yakin dengan sikap dia selagi memberikan kesaksian.

Saya mencatat, terlebih lagi semakin lama ia bertempat tinggal dibawah pengawasan missi di Batala, semakin berlebih-lebihan dan mendetail bukti yang dia ungkapkan. Ada banyak dari pernyataan pertama kepada saya yang belum dia ungkap ketika diperiksa di Pengadilan Distrik di Amritsar. Dan ketika dia saya periksa lagi sehari sesudahnya begitu banyaknya detail yang dia tambahkan.”

Penilaiannya, kata Captain Douglas, ialah bahwa Abdul Hamid sedang dilatih setiap malamnya apa yang mesti dia katakan di sidang pengadilan – atau ia mengetahui lebih banyak dari pada yang telah dia ungkapkan.

Captain Douglas memerintahkan pulisi untuk memindahkan Abdul Hamid dari asrama Dr. Henry Martin Clark dan memeriksa dia tersendiri. Pemeriksaan dilakukan oleh Superintendent Pulisi Le Marchand bersama seorang Inspektur Pulisi. Abdul Hamid bersikukuh dengan cerita – Ghulam Ahmad telah menyuruhnya membunuh Dr. Henry Martin Clark dan ia telah setuju untuk melaksanakannya.

Akhirnya, Inspektur Pulisi menyatakan, “Tak ada gunanya. Pemuda ini tetap pada pernyataannya. Lebih baik dia dikembalikan saja.”

Tuan Le Marchand setuju. Bagaimanapun, ia memutuskan harus ada laporan investigasi. Ia mulai menanyai Abdul Hamid lagi, menuliskan jawaban-jawabannya. Ia menyelesaikan dua lembar pertanyaan dan jawaban – yang semuanya disesuaikan dengan kesaksian yang telah diberikan semula – ketika itu tiba-tiba Abdul Hamid menangis tersedu-sedu dan menghamburkan dirinya pada kaki Tuan Le Marchand.

Ia telah berbohong dalam seluruhnya pernyataan-pernyataannya, katanya. Semuanya palsu. Tidak ada makar yang dirancang oleh Ghulam Ahmad dan pengikut-pengikutnya untuk membunuh Dr. Henry Martin Clark. Cerita itu telah dikarang oleh orang-orang missi. Mereka telah melatihnya beberapa hari bagaimana cara ia harus menceritakannya. Salah satu contohnya mereka telah mengubah beberapa kata dari pernyataan pertama sebelumnya untuk membuat kesaksian menjadi lebih seram.

Ketika Abdul Hamid lancar dalam menghafalkannya, seorang dari mereka berkata, “Trima kasih. Tujuan kita terpenuhi.”

Di persidangan, salah seorang pengacara pembela menanyakan kepada Abdul Hamid, “Saudara bukan seekor burung. Bagaimana saudara akan melarikan diri setelah membunuh Dr. Henry Martin Clark?’

Orang-orang missi yang melatih Abdul Hamid mengambil sesobek catatan dan mempersiapkan Abdul Hamid dengan satu jawaban sekiranya pertanyaan serupa muncul lagi – ia harus mengatakan bahwa seseorang telah menawarkan kepadanya untuk melarikan diri. Agar Abdul Hamid tidak akan lupa akan jawaban itu, salah seorang menorehkan tulisan itu pada telapak tangan Abdul Hamid.

Seolah-olah bermaksud memberi gambaran bagaimana tuduhan dan kesaksian itu telah diolah oleh pembuat makar, Abdul Hamid menambahkan, “dia menuliskannya dengan pensil – yaitu yang biasa dipakai oleh penasehat Dr. Henry Martin Clark”.

Mengingat jalannya persidangan itu Captain Douglas mengatakan bahwa kecurigaannya pertama muncul oleh cara Abdul Hamid menyampaikan kesaksian – ia berbicara cepat-cepat dengan banyak rincian. Ketika Abdul Hamid membenarkan bahwa ia pertama harus menuju ke Missi Amerika walaupun jelas ia datang ke Amritsar untuk membunuh Dr. Henry Martin Clark, Captain Douglas memutuskan bahwa sampai disitu, itu sudahlah cukup.

“Jawaban itu memastikan dalam pikiran saya bahwa dia tidak punya maksud untuk membunuh Dr. Henry Martin Clark. Saya langsung membebaskan Ghulam Ahmad dan mengakhiri perkara.” Ia menambahkan kalau Ghulam Ahmad berkehendak untuk menggugat balik Dr. Henry Martin Clark atas tuntutan jahatnya, maka pengadilan akan memperkenankannya.

Ghulam Ahmad menjawab bahwa ia tidak menginginkan hal itu. Dr. Henry Martin Clark harus menjawab pengadilan tinggi di sana kelak. Ada saat-saat yang humor dan yang khidmat terjadi selagi berlangsung persidangan. Setiap hari kerumunan orang berjejal di gedung pengadilan mendengarkan komentar yang berlangsung dari mereka; yang cukup beruntung bisa masuk di ruang sidang. Mereka terdiri dari dua kubu. Orang-orang Muslim, termasuk yang tidak mempercayai terdakwa, mencurigai adanya konspirasi.

Lawan Ghulam Ahmad yang tangguh, Muhammad Hussain, satu dari antara lima saksi penuntut, mula-mula menduduki kursi di beranda ruang sidang. Ia disuruh pergi oleh seorang pegawai pengadilan dengan membentaknya dan wajah yang bersungut-sungut. Melihat kejadian itu seorang dari antara penonton menawarkan sorbannya, yaitu kain lumayan panjang biasa dipakai di India sebagai selempang penutup seputar bahu di musim kering atau bila malam ketika dingin atau di siang hari untuk melindungi kepala dari panas matahari atau untuk alas duduk.

Ia bisa membentangkannya di tanah untuk duduk selagi masih menanti, kata penonton itu.

Orang yang menawarkan itu berpikir bahwa Muhammad Hussain datang untuk memberi kesaksian di pihak Ghulam Ahmad. Ketika ia mengetahui bahwa Muhammad Hussain adalah saksi dipihak penuntut ia berubah menjadi sangat marah. Ia memaksanya berdiri dan mengembalikan sorbannya.

Di persidangan, ketika Muhammad Hussain memberikan kesaksiannya, ia menggerutu ketika melihat Ghulam Ahmad duduk di kursi sedang ia tidak ditawari tempat duduk. Sebagai salah seorang kepala suku Punjab, Ghulam Ahmad sudah dengan sendirinya punya hak untuk itu terlepas dari kenyataan tidak mungkin ia berhari-hari harus berdiri sampai akhir pengadilan. Muhammad Hussain menyatakan bahwa ia adalah seorang “Kursi Nashin” seperti ayahnya dulu. Itu sebuah tingkat kehormatan untuk memperoleh satu kursi yang disandang seseorang kapan saja dia berurusan dengan masalah pemerintahan.

Captain Douglas tidak menginginkan itu semua. Ia bicara amat tajam, “Diam! Dan berdirilah tegak kalau sedang memberikan kesaksian di persidangan.”

Pembebasan dari tuntutan tidak menjadikan kejutan bagi Ghulam Ahmad dan para pengikutnya. Sher Ali, satu dari antara 313 sahabatnya yang sejati, telah bersama dia di Qadian dalam bulan Juli tahun itu sebelum Dr. Henry Martin Clark mengajukan tuntutan. Sher Ali adalah seorang lulusan Universitas, kerap kali mengenangkan bulan itu pada masa tuanya. Biasanya apabila Ahmad menerima suatu wahyu ia menunggu sampai selesai sholat sebelum menceritakannya kepada para santrinya. Tetapi pada suatu pagi di bulan Juli itu Ghulam Ahmad memanggil para pengikutnya datang ke rumahnya. Dia membacakan dari buku notes yang telah ditulisi apa yang telah ia lihat dan diperdengarkan kepadanya sepanjang tadi malam.

Ghulam Ahmad menceritakan bahwa ia telah melihat ada kilat mendatangi rumahnya dari Barat. Ketika semakin dekat rumah, kilat itu berubah menjadi sebuah bintang. Kemudian ia mendengar firman Tuhan, “Itu adalah suatu ancaman dari para penguasa, tetapi engkau akan dibebaskan.” Jadi Ghulam Ahmad tahu bahwa suatu penuntutan resmi akan dilancarkan segera terhadap dirinya, tetapi itu tidak akan berhasil, kata Sher Ali. Ahmad juga sudah memberi tahu mereka rincian persekongkolan yang akan direkayasa bagi dirinya, ia menambahkan.

Tingkah laku Ghulam Ahmad selama dalam persidangan memenangkan kekaguman dari orang-orang yang bukan pengikutnya. Pengacaranya ingin melemahkan tuduhan dengan cara menghancurkan pribadi (karakter) para saksinya. Maka, ia minta ijin Ghulam Ahmad untuk menanya Muhammad Hussain berkenaan dengan asal-usul keluarganya. Ghulam Ahmad sama sekali melarangnya. “Tuhan melarang pembicaraan yang tidak senonoh,” katanya.

Pengacaranya, yang bukan seorang Ahmadi, kerap kali mengenangnya bertahun-tahun kemudian. “Di sini saya sedang membela dia dengan tuduhan makar untuk membunuh dan dia melarangnya karena itu bisa membuat malu seorang saksi yang membenci dia.”

Pengadilan, yang bermaksud untuk menghancurkan Ghulam Ahmad, berakibat sebaliknya. Adalah Ghulam Ahmad yang telah ditampakkan berkata benar. Dan kalau dalam perkara seperti ini ia terbukti telah berkata jujur, maka apalah tidak mungkin bahwa ia bicara jujur tentang wahyu-wahyunya dari Tuhan? Jumlah orang yang berdatangan ke Qadian untuk mendengarkan tablighnya semakin banyak.

Pengadilan itu juga tidak merugikan karir Captain Douglas. Ia mengakhiri karirnya dengan pangkat Colonel, Komisaris Kepala dari salah satu negara bagian India dan pemegang medali Commander of the Star of India (Komandan Bintang India) dan Commander of the Indian Empire (Komandan Kekaisaran India).

Ia tak pernah ragu bahwa keputusannya benar dan keadilan ditegakkan. Dalam masa pensiunnya dia berkata, “Begitu Ghulam Ahmad memasuki bilik saksi dan saya melihat wajahnya, saya mulai berpikir bahwa ada hal yang salah dalam tuduhan-tuduhan itu. Saya meyakini bahwa seorang dengan wajah yang begitu bagus itu tidak mungkin terlibat dalam kelakuan-kelakuan seperti yang dituduhkan kepadanya. Tampilan wajahnya berseri, terbuka dan bersahaja”.

Permusuhan Muhammad Hussain berlanjut meski pengaruhnya kini semakin pudar. Kemerosotannya itu mencapai titik terendahnya ketika ia terpaksa hidup dari mengajar dengan bayaran yang minim, terlebih lagi anak-anaknya masuk ke sekolah yang didirikan oleh Komunitas Ahmadiyah di Qadian.

Abdul Hamid telah berperan sekadar sebagai ujung kuku dalam persekongkolan tetapi ia dikejar-kejar oleh penguasa karena pemalsuan dan persekongkolan. Semula ia tidak tertangkap, tetapi kemudian ditahan dan dihukum sembilan bulan penjara dengan kerja keras dan 44 hari dikurung dalam penyekapan.
Dr. Henry Martin Clark, meskipun oleh Captain Douglas dianggap otak persekongkolan, terbebas dari hukuman. Hal itu barangkali karena sukar untuk membuktikan – ia telah bermohon karena dia juga menjadi korban dan dia hanyalah melanjutkan informasi yang diberikan kepadanya. Atau hal demikian terjadi karena dinilai tidak bijak untuk menuntut seorang missionaris Kristen.





BERBAGAI MACAM JULUKAN BAGI ORANG YANG DIBENCI ALLAH

Dalam Al-Quran banyak sekali julukan yang ditujukan kepada orang yang tidak disenangi Tuhan, karena ketidak peduliannya Allah ta’ala atau kedurhakaannya kepada Nabi dan ajaran yang diajarkannya. Julukan itu ada yang menggunakan kata perserupaan, contoh: Mereka itu seperti binatang ternak dan ada juga yang tanpa menggunakan kata perserupaan, contohnya: Mereka itu kera-kera yang hina atau mereka itu babi-babi. Agar lebih jelas, perhatikan ayat-ayat Al-quran berikut:

Manusia seperti binatang ternak
Orang yang mempunyai hati, tetapi dengan itu mereka tidak mengerti; dan mereka mempunyai mata, tetapi dengan itu mereka tidak melihat; dan mereka mempunyai telinga, tetapi dengan itu mereka tidak mau mendengarkan apa yang diajarkan Nabi Besar Muhammad SAW. Orang seperti ini oleh Allah ta’ala diberi julukan seperti binatang ternak, karena mereka mempunyai persamaan dengan binatang tersebut, sebagaimana firman-Nya berikut ini:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan, sesungguhnya Kami telah menciptakan untuk Jahannam banyak di antara jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi dengan itu mereka tidak mengerti; dan mereka mempunyai mata, tetapi dengan itu mereka tidak melihat; dan mereka mempunyai telinga, tetapi dengan itu mereka tidak mendengar. Mereka itu seperti binatang; bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai (Al-An’am, 7:180)

Demikian juga orang yang mengikuti kemauan hawa nafsunya dengan mengalahkan kehendak Allah ta’ala, maka orang seperti ini oleh Allah ta’ala diberi julukan seperti binatang ternak, sebagaimana firman-nya dalam Al-Quran berikut:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Apakah engkau melihat orang yang menjadikan hawa-nafsunya sebagai tuhannya? Maka, apakah engkau menjadi pengawas atasnya? Apakah engkau menyangka bahwa sesungguhnya kebanyakan dari mereka mendengar atau mengerti? Mereka tidak lain melainkan seperti hewan ternak bahkan mereka lebih sesat dari jalannya (Al-Furqan, 25:45)

Berdasarkan wahyu kedua ayat Al-Quran tersebut, beranikah saudara Mahendradatta mengkritik Allah ta’ala dan Nabi kita Muhammad SAW yang telah menerima dan mengumumkan wahyu tersebut kepada umat manusia. Manakah yang lebih keji antara orang yang diberi julukan seperti binatang ternak dengan Dr. Henry Martin Clark (missionaries Kristen), Maulana Muhammad Husain (seorang Ulama besar India) dan Lala Ram (Tokoh Hindu) yang bersekongkol untuk menjatuhkan Pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah yang seluruh hidupnya hanya mencintai Allah ta’ala dan Rasul-Nya Nabi Besar Muhammad SAW, padahal seluruh hidup dan kegiatan beliau hanyalah untuk memajukan, memperbaiki dan memperindah Islam yang pada zaman itu tidak mendapatkan para tokoh Islam?

Manusia seperti keledai
Ulama Yahudi yang tidak mengamalkan ajaran kitab Taurat yang di dalamnya terdapat kabar gaib tentang kedatangan Nabi suci Muhammad SAW, ketika mereka menyaksikan wujud yang mulia Nabi Muhammad SAW lengkap dengan indikasi yang dikabar gaibkan dalam kitab mereka itu, ternyata kebanyakan mereka mengingkarinya, malah sebagian mereka menyembunyikannya dari kaum Yahudi sehingga mereka terhalang dari kabar gaib tersebut, akibatnya mereka mahrum nikmat Allah ta’ala yang besar itu, karena itulah Allah ta’ala memberikan julukan kepada mereka keledai yang banyak bersuara, tapi tidak mengandung ilmu dan hikmah, sebagaimana firman-Nya berikut:

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya adalah semisal keledai yang memikul kitab-kitab. Sangatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustakan Tanda-tanda Allah. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang aniaya (Al-Jumu’ah, 62:6)

Kini, coba bandingkan ulah Ulama Yahudi dengan Dr. Henry Martin Clark (missionaries Kristen), Maulana Muhammad Husain (seorang Ulama besar India) dan Lala Ram (Tokoh Hindu) yang mengadakan persekongkolan untuk mengajukan tuduhan pembunuhan kepada Pendiri Ahmadiyah dengan membayar Abdul Hamid agar mengaku di Pengadilan sebagai orang suruan Pendiri Ahmadiyah untuk membunuh Dr. Henry Martin Clark?


Manusia kera yang hina dan babi
Bani Israil adalah satu bangsa yang sangat keterlaluan. Mereka berpuluh-puluh tahun hidup diperbudak bangsa Mesir, lalu Allah ta’ala menyelamatkan mereka dengan mengutus Nabi Musa As, namun mereka tidak berterima kasih, malah menyakiti Nabi Musa AS meskipun mereka mengetahui bahwa beliau itu Rasul Allah ta’ala, dan dengan sadar mereka sengaja melanggar apa yang diajarkan Nabi Musa AS, sehingga Allah ta’ala menjuluki mereka itu dengan kera-kera yang hina, sebagaimana firman-Nya berikut ini:

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Dan, ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu mengetahui bahwa aku Rasul Allah yang diutus kepada kamu sekalian? Maka apabila mereka menyimpang dari jalan yang benar, Allah pun menyimpangkan hati mereka menyimpang. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang durhaka (Ash-Shaff, 61:6)

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
Dan, sesungguhnya kamu telah mengetahui orang-orang diantaramu yang melanggar mengenai hari sabat. Maka, Kami berfirman kepada mereka, “Jadilah kamu sekalian kera yang hina!” (Al-Baqarah, 2:66)

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
Maka, ketika mereka melanggar apa yang telah dilarang bagi mereka melakukannya, Kami berkata kepada mereka, “Jadilah kamu kera-kera yang hina (Al-A’raf, 7:167)

Lebih buruk lagi, jika kejahatan mereka sudah melebihi batas dan menyembah syetan sampai-sampai Allah ta’ala mengutuk dan marah kepada mereka, maka Allah ta’ala memberikan julukan kepada mereka dengan sebutan kera-kera dan babi-babi, sebagaimana firman-Nya berikut:

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Katakanlah, “Apakah aku beritahukan kepadamu yang lebih buruk dari itu tentang pembalasan dari sisi Allah? Yaitu orang-orang yang dikutuk Allah dan kepadanya Dia murka dan menjadikan sebagian dari mereka kera-kera dan babi-babi dan yang menyembah syetan. Mereka itu berada di tempat yang buruk dan jauh tersesat dari jalan lurus (Al-Maidah, 5:61)

Manusia seperti anjing
Orang yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan Allah ta’ala dan hanya mementingkan kehidupan duniawi serta mengumbar hawa nafsunya, orang seperti ini oleh Allah ta’ala diberi julukan seperti anjing yang senantiasa menjulurkan lidahnya dan mengarahkan pandangan matanya kearah bumi sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran berikut:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dan, jika Kami menghendaki tentulah Kami meninggikan nya dengan itu; akan tetapi ia cenderung ke bumi dan mengikuti hawa-nafsunya. Maka, keadaannya seperti seekor anjing kehausan; jika engkau menghalaunya ia menjulurkan lidahnya dan jika engkau membiarkannya ia juga menjulurkan lidahnya. Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami. Maka, kisahkanlah kisah ini supaya mereka merenungkan (Al-A’raf, 7:177)

Pemberian julukan anjing dan babi kepada manusia yang sangat keterlaluan itu tidak hanya terdapat di dalam Al-Quran saja, tetapi di dalam kitab Injil pun juga banyak kata-kata demikian yang keluar dari mulut Yesus Kristus, seperti: Orang munafiq dijuluki anjing (Matius, 7:5-6); Wanita selain bangsa Israil yang menginginkan ajaran Yesus Kristus juga dijuluki anjing (Matius, 15:24-27); dan seorang perempuan Yunani bangsa Siro-Fenisia yang memohon pertolongan kepada Yesus Kristus juga dijuluki dengan anjing (Markus, 7:27-28). Pendek kata, memberikan julukan binatang ternak, keledai, kera, babi dan anjing kepada orang yang kejahatannya sudah melebihi batas sudah lazim dalam wahyu dan kata-kata seorang Nabi atau Rasul Allah ta’ala.


Orang kerasukan syetan
Orang yang memakan riba dan mengatakan jual-beli itu seperti riba dinyatakan sebagai orang yang kerasukan syetan atau musuh Allah ta’ala dan Rasul-Nya, bahkan mereka itu dikategorikan dengan golongan syetan, sedangkan orang yang hidup boros dijuluki saudaranya syetan, lebih nista lagi para pemimpin yang memusuhi kebenaran, mereka itu oleh allah ta’ala dijuluki syetan-syetan. Julukan demikian itu terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran berikut:

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang yang memakan riba tidak berdiri melainkan seperti berdiri orang yang syetan merasukinya dengan penyakit gila. Hal demikian adalah karena mereka berkata, “Sesungguhnya jual-beli itu serupa riba”, padahal Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.(Al-Baqarah, 2:276
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
Dan, jika kamu tidak berbuat demikian, maka waspadalah terhadap perang dari Allah dan Rasul-Nya; dan jika kamu bertobat maka untuk kamu asal hartamu; dengan demikian kamu tidak akan menganiaya dan tidak pula kamu akan dianiaya(Al-Baqarah, 2:280)

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Syetan yang berkuasa atas mereka dan telah menjadikan mereka lupa berdzikir kepada Allah. Mereka itu golongan syetan. Ketahuilah, sesungguhnya golongan syetan itu orang-orang yang merugi (Al-Mujadilah, 58:20)

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan dan syetan itu kepada Tuhannya tidak berterima kasih (Bani Israil, 17:28)

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan, apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman”, tetapi manakala mereka pergi kepada pemimpin-pemimpin mereka, mereka berkata “Sesungguhnya kami beserta kamu, kami hanya berolok-olok” (Al-Baqarah, 2:15)


Seburuk-buruk makhluq
Orang-orang Yahudi dan musyrik adalah orang-orang yang paling keras dalam memusuhi Nabi kita dan para pengikutnya. Dalam sejarah diungkapkan bahwa mereka beberapa kali-kali melakukan penganiayaan, pembunuhan, penyerangan dan menyebarkan fitnah untuk membangkitkan kemarahan dan kebencian umat kepada Nabi suci Muhammad SAW dan agama Islam sehingga mereka diberi julukan seburuk-buruk makhluq oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran berikut:

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ ءَامَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
Sungguh engkau pasti mendapatkan manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan mereka yang mempersekutukan Allah (Al-Maidah, 5:83)

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang ingkar dari antara Ahli Kitab dan orang-orang musyrik akan berada dalam Api Jahannam; mereka akan tinggal lama di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluq (Al-Bayyinah, 98:7)





PERINGATAN BAGI UMAT ISLAM

Nabi kita Al-Mushthafa Muhammad SAW telah mengingatkan umat Islam agar berhati-hati dan senantiasa berintrospeksi diri, karena pada suatu zaman kondisi umat Islam akan mengalami keterpurukan dalam aqidah, amal dan akhlaq sampai-sampai mereka tidak pantas disebut sebagai manusia. Kondisi umat Islam demikian itu dikabar gaibkan dalam surat As-sajdah dan surat Al-Insan atau Ad-Dahr. Oleh karena itu setiap shalat Shubuh hari Jumat, Rasulullah SAW senantiasa membaca dua surat tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِى الْفَجْرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِآلم تَنْزِيْلُ فِى الرَّكَعَةِ اْلأُوْلَى وَفِى الثَّانِيَةِ هَلْ اَتَى عَلَى اْلإِنْسَانِ
Dan dari Abu Hurairah RA berkata: Nabi SAW biasa membaca Alif Lam Mim Tanzil (surat As-Sajdah pen.) pada rakaat pertama dalam shalat Fajar hari Jumat dan pada rakaat kedua Hal Ata ‘Alal-Insan (surat Ad-Dahr, pen) (Mutafaqqun ‘alaih, Misykatu Syarif, Jilid I/ 780)





Ulama Islam menjadi kera dan babi
Ulama Islam adalah pewaris para Nabi, karena mereka mengetahui Agama dan dekat kepada Allah ta’ala, sehingga mereka menjadi hamba-hamba Allah ta’ala yang takut kepada-Nya jika sampai melanggar ajaran-Nya yang telah diketahuinya. Mereka menjadi pelita-pelita yang mampu memberikan penerangan hati umat manusia dikala mengalami kegelapan dan mereka menjadi idola dan teladan dalam mentaati Allah ta’ala dan Rasul-Nya, Al-Mushthafa Muhammad SAW. Ulama seperti inilah yang dibanggakan Allah ta’ala, Rasul-Nya, para penduduk langit dan bumi sebagaimana firman Allah ta’ala dan sabda-sabda Nabi-Nya berikut ini:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari para hamba-Nya hanyalah para Ulama; sesungguhnya Allah itu Maha Perkasa, Maha Pengampun (Al-Fathir, 35:29)

الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبً
Orang-orang yang menyampaikan amanat Allah dan takut kepada-Nya dan tiada mereka takut kepada seiapa pun kecuali Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Penghitung (Al-Ahzab, 33:40)
اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ
Para Ulama itu adalah kepercayaan Allah untuk menerangi manusia (Al-Qadhai, Ibnu Asakir dari Anas RA dan Kanzul-Ummal JuzX/ 28675)

اَلْعُلَمَاءُ مَصَابِيحُ اْلأَرْضِ وَخُلَفَاءُ اْلأَنْبِيَاءِ وَوَرَثَتِيْ وَوَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Para Ulama itu adalah pelita-pelita bumi dan para penerus Nabi-nabi dan pewarisku serta pewaris para Nabi (Abu Ya’la dan Kanzul-Ummal JuzX/ 28677)

اَلْعُلَمَاءُ قَادَةٌ وَالْمُتَّقُوْنَ سَادَةٌ وَمَجَالِسَتُهُمْ زِيَادَةٌ
Para Ulama itu adalah komandan dan orang-orang yang bertaqwa adalah para pemimpin dan majlis mereka itu adalah tambahan (Ibnu An-Najjar dari Anas RA dan Kanzul-Ummal JuzX/ 28678)
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ يُحِبُّهُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُمُ الْحِيْتَانُ فِى الْبَحْرِ إِذَا مَاتُوُا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Ulama itu adalah pewaris para nabi, penduduk langit mencinta mereka dan ikan paus di laut memohonkan ampunan kepada mereka apabila mereka mati hingga hari Qiamat (Ibnu An-Najjar dari Anas RA dan Kanzul-Ummal JuzX/ 28679)
اِتَّبِعُوْا الْعُلَمَاءَ فَإِنَّهُمْ سُرُجُ الدُّنْيَا وَمَصَابِيْحُ اْلآخِرَةِ
Ikutilah para Ulama, karena mereka itu pelita-pelita dunia dan pelita-pelita akhirat (Ad-Dailami dalam Al-Musnadul-Firdaus dari AnasRA Kanzul-Ummal JuzX/ 28681)


Namun, pada zaman akhir kaum muslimin akan tergoncang hidupnya karena ulah sebagian Ulama kotor yang tamak kepada kehihupan duniawi, sampai-sampai mereka menyebarkan fitnah tanpa rasa takut kepada Allah ta’ala, bahkan mereka mendustakan kebenaran yang telah mereka ketahui sebagai sarana untuk mendapatkan rejeki, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam Al-Quran berikut ini:
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
Dan kamu mendustakan kebenaran, sedang kamu menjadikan rejekimu (Al-Waqi’ah, 56:83)

Dampak dari Ulama tersebut, banyak masjid yang sunyi dari petunjuk Allah ta’ala, malah ada masjid yang dijadikan arena provokasi fitnah dan kebencian yang merusak keimanan dan persatuan umat Islam, sehingga kaum muslimin terkesan tidak maju, tidak baik dan tidak indah bahkan tidak sedikit yang menunjukkan citra kekerasan yang mengakibatkan banyak manusia yang antipati kepada Islam dan umatnya. Ulama yang seharusnya menampilkan kehidupan yang dihiasi amal saleh dan akhlaq yang utama, malah mereka menyembunyikan kebenaran dari umatnya bahkan mereka tega menyebarkan fitnah untuk kepentingan pribadinya sehingga Nabi suci Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa ulama itu seburuk-buruk manusia di kolong langit. Citra Ulama demikian inilah yang meresahkan Rasulullah SAW, sampai-sampai beliau menyampaikan kabar gaib berikut ini:

يَكُونُ فِى آخِرِ هذِهِ اْلأُمَّتِي خَسَفٌ وَمَسَخٌ وَقَذَفٌ ، قِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ! أَنُهْلَكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، إِذَا كَثُرَ الْخُبُثِ

Akan terjadi pada akhir umat ini hidup serba kekurangan, mengubah rupa atau bentuk; dan fitnah (dengan tulisan). Ditanyakan: Wahai Rasulallah! Apakah kami akan binasa, sedang di kalangan kami masih banyak orang-orang saleh? Beliau bersabda: Benar, apabila banyak keburukan-keburukan (At-Turmudzi dari Aisyah ra dan Kanzul-Umal, Juz XIV /38717)
تَكُوْنُ فِى أُمَّتِي قَزْعَةٌ فَيَصِيْرُ النَّاسُ إِلَى عُلَمَائِهِمْ فَإِذَا هُمْ قِرَدَةٌ وَخَنَازِيْرُ
Akan terjadi orang-orang awam (biasa) dalam umatku, lalu manusia kembali kepada ulama mereka; tiba-tiba mereka itu adalah kera-kera dan babi-babi (Al-Hakim dari Abi Umamah RA dan Kanzul-Ummal, Juz XIV/ 38727)

يَمْسَخُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي فِى آخِرِ الزَّمَانِ قِرَدَةٌ وَخَنَازِيْرُ ، قِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ! وَيَشْهَدُونَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ وَيَصُومُونَ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، قِيلَ : فَمَا بَالُهُمْ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : يَتَّخِذُونَ الْمَعَازِفَ وَالْقِينَاتِ وَالدُّفُوفَ وَيَشْرَبُونَ اْلأَشْرِبَةَ ، فَبَاتُوا عَلَى شُرْبِهِمْ وَلَهْوِهِمْ فَأَصْبَحُوا وَقَدْ مُسِخُوا قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ
Ada kaum dari umatku di akhir zaman yang akan mengubah bentuk menjadi kera-kera dan babi-babi. Ditanyakan: Wahai Rasulallah? Apakah mereka bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya engkau Rasulullah dan mereka berpuasa ? Beliau menjawab: Benar. Ditanyakan: Apakah tanda-tanda mereka itu wahai Rasulallah? Beliau menjawab: Mereka menjadikan jenis alat musik yang bersenar banyak, para penyanyi wanita, rebana, mereka minum minuman yang memabukkan, lalu semalaman mereka minum, bersenang-senang, lalu mereka menjadi berubah sebagai kera-kera dan babi-babi ( Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah dari Abu Hurairah ra dan Kanzul-Umal, Juz XIV/38735 )

لَيَكُونَنَّ مِنْ هذِهِ اْلأُمَّةِ قَوْمٌ قِرَدَةٌ وَخَنَازِيرُ ، لَيُصْبِحُنَّ فَيُقَالُ خُسِفَ بِدَارِ بَنِي فُلاَنٍ وَدَارِ بَنِي فُلاَنٍ ، وَ بَيْنَمَا الرَّجُلاَنِ يَمْشِيَانِ يَخْسَفُ بِأَحَدِهِمَا بِشُرْبِ الْخُمُورِ وَلِبَاسِ الْحَرِيْرِ وَالضَّرْبِ بِالْمَعَازِفِ وَلِزِمَارَةِ

Sungguh sebagian umat ini akan menjadi kaum kera dan babi-babi. Sungguh itu benar-benar akan terjadi. Lalu ditanyakan: Akan terjadi hidup kekurangan di rumah bani fulan dan di rumah bani fulan, dan ketika dua orang laki-laki sedang berjalan salah seorang dari keduanya menenggelamkan dengan minum khamer dan pakaian sutera, memukul alat musik, memetik alat musik dan meniup alat musik ( Nuaim bin Hammad dalam Al-Fitan dari Malik Al-Kindi ra dan Kanzul-Umal, Juz XIV /38736 )

يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يَبْقَى مِنَ اْلإِسْلاَمِ إِلاَّ اسْمُه وَلاَ يَبْقَى مِنَ الْقُرْآنِ إِلاَّ رَسْمُه مَسَاجِدُهُمْ عَامِرَةٌ وَهِيَ خَرَابٌ مِنَ الْهُدَى عُلَمَآءُهُمْ شَرُّ مَنْ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَآءِ مِنْ عِنْدِهِمْ تَخْرُجُ الْفِتْنَةُ وَإِلَيْهِمْ تَعُودُ
Hampir-hampir datang kepada manusia satu zaman yang tiada Islam kecuali tinggal namanya dan tiada Alquran kecuali tinggal tulisannya, masjid mereka ramai namun sunyi dari petunjuk, Ulama mereka seburuk-buruk orang yang berada di bawah kolong langit, dari mereka keluar fitnah dan kepada mereka fitnah itu kembali (Ibnu Addiy dalam Al-Kamil, Al-Baihaqi dalam Syi‘abul Iman dari Ali radhiyallaahu ‘anhu dan Kanzul-Umal, Juz IX/31136, 31522)





PENDIRI AHMADIYAH TAMPIL SEBAGAI PEMBELA ISLAM

Menyaksikan dan merasakan keterpurukan kaum muslimin yang sangat menyedihkan itu, Pendiri Jamaah Islam Ahmadiyah tampil ke depan untuk membela dan menampilkan citra Islam yang maju, baik dan indah melalui amal saleh dan akhlaq mahmudah, menyusun dan menyebarkan karya tulis yang ilmiyah, menanggapi tulisan-tulisan yang merendahkan dan menghina Islam dan Nabi Besar Muhammad SAW, melayani berbagai dialog dengan berbagai macam tokoh agama disamping dengan memanjatkan doa-doa. Diantara doa yang berkaitan langsung dengan Islam dan kaum muslimin adalah doa beliau sebagai berikut:

رَبِّ أَحْيِ اْلإِسْلاَمَ بِجَهْدِي وَهِمَّتِي وَدُعَائِي وَكَلاَمِي وَأَعِدْبِي سَحْنَتَه‘ وَخَيْرَه‘ وَسِبْرَه‘ وَمَزِّقْ كُلَّ مَعَانِدَ وَكِبْرَه‘. رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى أَرِنِي وُجُوهًا ذَوِي الشَّمَائِلِ اْلإِيْمَانِيَّةِ وَنُفُوسًا ذَوِي الْحِكْمَةِ الْيَمَانِيَّةِ وَعُيُونًا بَاكِيَةً مِنْ خَوْفِكَ وَقُلُوبًا مُقْشَعِرَةً عِنْدَ ذِكْرِكَ.
Wahai Tuhanku, hidupkanlah Islam ini dengan perjuanganku, gelora semangatku, doaku dan perkataanku; kembalikanlah kemajuannya Islam, kebaikannya dan keindahannya dengan perantaraanku; dan cerai-beraikanlah (robek-robeklah) setiap musuh yang keras kepala beserta kesombongannya. Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati ruhaninya, wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku orang-orang mukmin yang mempunyai kesopanan dan orang-orang berilmu yang bijak penuh berkah dan perlihatkanlah kepadaku orang-orang yang suka mencucurkan air mata karena takut kepada-Mu dan orang-orang yang hatinya bergetar ketika mengingat Engkau (Doa Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihis salam dalam Mir’atu Kamalatil-Islam, hal. 9)








KESIMPULAN


Dari paparan tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pernyataan yang mengatakan bahwa setiap orang yang menolak pendakwaan Pendiri Ahmadiyah adalah pelacur dan babi adalah tidak benar bahkan itu fitnah yang dapat menimbulkan kebencian dan membangkitkan permusuhan. Julukan orang kotor dan babi dalam wahyu tersebut hanya ditujukan kepada Dr. Henry Martin Clark, Maulana Muhammad Husain dan Lala Ram yang telah bersekongkol untuk menjatuhkan Pendiri Ahmadiyah dengan cara mengajukan tuduhan percobaan pembunuhan ke Pengadilan.

2. Pengadilan memutuskan bahwa Pendiri Ahmadiyah bebas dari tuduhan tersebut karena Pengadilan dapat membongkar persekongkolan tersebut dengan pengakuan Abdul Hamid bahwa semua ini adalah rancangan Dr. Henry Martin Clark.

3. Selama dalam tahanan dan persidangan Pendiri Ahmadiyah senantiasa berpenampilan tenang berkat wahyu yang memberitahukan kepada beliau bahwa Tuduhan pembunuhan itu adalah perbuatan orang kotor dan babi yang telah mendustakan engkau; pertolongan Allah senantiasa melindungi beliau; Dia senantiasa bersama beliau Yang mendengar dan melihat rekayasa persekongkolan tersebut; dan Allah Sendiri Yang mencukupi kebutuhan beliau dan berjanji akan membebaskan beliau dari apa yang telah mereka tuduhkan sehingga beliau akan tampil kembali sebagai orang yang dimuliakan disisi-Nya.

4. Perbuatan buruk yang dilakukan tanpa rasa malu, bagaikan watak babi benar-benar telah terbukti menghinggapi ketiga tokoh tersebut setelah persidangan selesai dan semua janji Allah ta’ala dalam wahyu tersebut tergenapi semuanya.

5. Kesempatan untuk menuntut balik kepada Dr. Henry Martin Clark yang disarankan oleh Hakim kepada Pendiri Ahmadiyah, namun Pendiri Ahmadiyah tidak mau menggunakan kesempatan itu adalah membuktikan beliau itu seorang muslim yang setia kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, Nabi Besar Muhammad SAW yang mengajarkan agar membalas keburukan dengan kebaikan.






DAFTAR PUSTAKA



1. Abdullah bin Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Matnul-Bukhari, Cetakan Sulaiman Mar’I, Singapura.

2. Abu Daud Sulaiman bin Al-‘asy’ts As-Sijistani, Sunan Abi Daud, Semarang, Thaha putra.

3. Alauddin Ali Al-Muttaqi bin Hisamuddin Al-Hindi, Kanzul-Ummal fi Sunanil-Aqwal wal-Af’al, (1989), Bairut, Libanon, Muassatur-Risalah.

4. DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA, AL QURAN DAN TERJEMAHNYA, CV. ALFAAH, Semarang, Edisi Baru Revisi Terjemah 1993.

5. Khadim al Haramain asy Syarifain (Pelayan kedua Tanah Suci) Fahd ibn ‘Abd al ‘Aziz Al Sa’ud. Raja Kerajaan Saudi Arabia, AL QURAN DAN TERJEMAHNYA Kompleck Percetakan Al Quran Al Karim Kepunyaan Raja Fahd, tanpa tahun penerbitan).

6. Mirza Ghulam Ahmad Of Qadian, Iain Adamson, Terjemahan Indonesia H. Suhadi Madyohartono, BA.

7. Panitia Penterjemah, (1979), Tafsir Al-Quran Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Edisi Pertama, Jakarta, Penerbit Yayasan Wisma Damai.

8. Tadzkirah, Syirkatul Islamiyah Rabwah.

9. Waliyuddin Muhammad bin Abdillah Al-Khathib, Misykatu Syarif, Cetakan Rahmaniyah, Lahore Pakistan.




-----oo0oo-----

0 komentar:

 
Taman Islam is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com